Bagi kaum muslim, Al-Quran tidak hanya sebuah kitab suci yang berisi semua sumber ajaran Illahiyah tetapi juga merupakan sebuah mukjizat terbesar yang pernah diberikan Tuhan terhadap nabi-Nya yang diturunkan di muka bumi sebagai wakil-Nya. Tetapi banyak kaum muslim yang hanya mendengar tanpa bisa memahami kenapa Al-Quran disebut sebagai mukjizat terbesar, terutama sebagai mukjizat yang telah diturunkan oleh Tuhan kepada nabi Muhammad SAW.
Dalam buku karangan M.Quraish Shihab ini dijelaskan dengan sederhana sebab-sebab Al Quran bisa disebut sebagai mukjizat. Salah satu cendekiawan muslim Indonesia ini mampu menjabarkan dan memberi pencerahan lewat bahasanya yang "membumi" dan mudah dimengerti oleh khalayak. Walaupun bukan karya akademis tapi buku ini terasa sekali tata urutan penulisan naskah-naskah akademis yang runtut, dimulai dengan pengertian mukjizat, makna mukjizat, tinjauan bahasa, sampai dengan pemberian bukti-bukti kenapa Al Quran itu bisa disebut sebagai mukjizat. Tidak lupa buku ini juga menyertakan kritik-kritik terhadap Al Quran dari sarjana-sarjana barat yang mengkritik Al Quran.
Dari sisi bahasa arab yang digunakan oleh Tuhan sebagai pengantar dalam Al Quran, buku ini tidak saja menerangkan bahwa selain disebabkan faktor bahwa Muhammad SAW adalah manusia yang hidup di tanah Arab, tetapi juga menjelaskan bahwa bahasa Arab adalah bahasa yang sangat lengkap dan mampu menjelaskan segala sesuatunya dengan sangat akurat dan mampu memberikan sebuah rangsangan bagi akal budi manusia terhadap makna-makna tersirat dalam setiap kata dan kalimat yang perlu untuk di gali makna yang terkandung didalamnya. Sebagai turunan dari bahasa semit yang juga menurunkan bahasa ibrani, bahasa Arab bisa disebut sebagai salah satu bahasa tertua di muka bumi ini. mempelajari bahasa arab menjadi hal mutlak yang diperlukan jika ingin memahami Al Quran sebagai mukjizat, karena jika hanya membacanya sebagai terjemahan maka banyak kata yang perlu mendapat penjelasan lebih karena bahasa terjemahan tidak cukup mampu menjelaskan arti kata yang dimaksud. Dari sisi bahasa M. Quraish Shihab menjelaskan 5 hal yang menjadi keistimewaan Al Quran :
1. Nada dan langgam bahasa Al Quran yang indah
2. Singkat dan padat dalam menyajikan hal dimaksud
3. Memuaskan para pemikir/ceerdik cendikia/para sarjana sekaligus kebanyakan orang
4. Memuaskan akal dan jiwa
5. Memberikan keindahan dan ketepatan maknanya.
Selain hal yang menyangkut bahasa, M. Quraish Shihab juga menjelaskan hal-hal yang terkait dengan isyarat-isyarat ilmiah yang ada dalam Al Quran walaupun perlu di ingat bahwa Al Quran juga bukan sebuah kitab ilmiah seperti halnya kitab ilmiah yang dikenal sekarang ini. Dalam sebuah kitab yang turun sekitar 1.500 tahun yang lalu penyebutan benda-benda langit seperti bulan, proses repoduksi manusia, ihwal kejadian alam semesta, ihwal pemisah dua laut, awan, gunung,clorofil/zat hijau daun, sistem pengkalenderan adalah hal yang sangat luar biasa dan kita tidak bisa berkata dan setuju bahwa penjelasan-penjelasan tersebut tidak didapat dalam sebuah proses belajar ilmu pengetahuan, tetapi adalah sebuah ilham yang pasti diturunkan oleh Yang Maha Tahu kepada umat terpilih-Nya.
Selain itu disebut juga berita-berita ghaib di dalam Al Quran, kenapa disebut berita ghaib??karena berita-berita ghaib tersebut baik yang terjadi pada masa lampau sebelum Al Quran itu turun maupun kejadian yang terjadi jauh sesudah Al Quran itu turun. dan tidak ada sebuah kitab pun maupun foklor atau cerita rakyat yang mengungkapkan hal-hal atau kisah-kisah tersebut sebelumnya. berita-berita ghaib itu antara lain meliputi kaum 'Ad dan Tsamud serta kehancuran kota Iram dimana hal tersebut dijelaskan di dalam Al quran sedangkan pada saat itu berita tentang kaum dan kota itu tidak pernah di dengar oleh masyarakat saat itu, dan berdasarkan hal ini pula dilakukan penggalian-penggalian situs-situs tersebut dan di dapatilah kebenaran-kebenaran tersebut. selain itu juga disebutkan berita tentang tenggelam dan selamatnya badan Firaun pada masa nabi Musa AS.
Dalam buku ini juga dijelaskan bantahan bahwa Al Quran adalah jiplakan dari kitab-kitab kuno terdahulu, M. Quraish Shihab menjelaskan dengan argumen-argument yang sederhana antara lain bahwa Muhammad tidak pernah belajar pada seorang pun, bahkan beliau dikenal sebagai nabi yang ummi alias buta huruf, jadi tidak masuk logika jika beliau belajar pada seseorang atau menjiplak dari kitab-kitab kuno sebelumnya.
Selain berita-berita ghaib dari masa lalu, juga disebutkan berita-berita ghaib yang belum terjadi pada saat Al Quran ini diturunkan. antara lain adalah kemenangan bangsa Romawi yang beragama kristen dengan bangsa Persia (yang sekarang disebut negri Iran) yang menyembah api. dimana dua bangsa ini pada masa itu adalah dua bangsa adi kuasa. Kenapa Al Quran secara eksplisit lebih memberitakan kabar gembira kepada kaum muslim akan perihal kemenangan bangsa Romawi yang kristen dari pada bangsa Persia yang menyembah api? jawabnya karena kedekatan ketauhidan karena kristen menyembah Tuhan sedangkan pada masa itu persia sebagai bangsa yang beragama pagan. Berita kemenangan suatu kaum dalam peperangan dan hal itu belum terjadi maka dapat kiranya dimengerti pertanyaan bagaimana Muhammad SAW dapat mengerti berita tersebut?jawaban dari pertanyaan itu adalah Muhammad diberitahu oleh Yang Maha Mengetahui.
Demikianlah, M. Quraish Shihab dalam buku yang tidak seberapa tebal mampu memberikan penjelasan yang sangat memuaskan kenapa Al Quran dipandang sebagai mukjizat terbesar dari nabi-nabi yang pernah diturunkan oleh Tuhan di muka bumi ini.
Selain berita-berita ghaib dari masa lalu, juga disebutkan berita-berita ghaib yang belum terjadi pada saat Al Quran ini diturunkan. antara lain adalah kemenangan bangsa Romawi yang beragama kristen dengan bangsa Persia (yang sekarang disebut negri Iran) yang menyembah api. dimana dua bangsa ini pada masa itu adalah dua bangsa adi kuasa. Kenapa Al Quran secara eksplisit lebih memberitakan kabar gembira kepada kaum muslim akan perihal kemenangan bangsa Romawi yang kristen dari pada bangsa Persia yang menyembah api? jawabnya karena kedekatan ketauhidan karena kristen menyembah Tuhan sedangkan pada masa itu persia sebagai bangsa yang beragama pagan. Berita kemenangan suatu kaum dalam peperangan dan hal itu belum terjadi maka dapat kiranya dimengerti pertanyaan bagaimana Muhammad SAW dapat mengerti berita tersebut?jawaban dari pertanyaan itu adalah Muhammad diberitahu oleh Yang Maha Mengetahui.
Demikianlah, M. Quraish Shihab dalam buku yang tidak seberapa tebal mampu memberikan penjelasan yang sangat memuaskan kenapa Al Quran dipandang sebagai mukjizat terbesar dari nabi-nabi yang pernah diturunkan oleh Tuhan di muka bumi ini.
Alquran adalah kitab petunjuk bagi seluruh manusia (hudan li al-nas), yang di dalamnya juga mengandung penjelasan (bukti-bukti) sebagai petunjuk. Bukti-bukti itulah yang kita katakan sebagai mukjizat, karena dengan bukti-bukti tadi manusia tidak dapat mengingkari kebenaran isi Alquran. Selain mukjizat dari segi kekuatan bahasa, ketepatan berita sejarah maupun kejadian yang akan datang, serta keadilan hukum-hukum yang dikandungnya, terdapat pula mukjizat dari segi ilmiah (sains dan teknologi) yang beberapa faktanya baru bisa kita saksikan di zaman mutakhir ini.
Dalam Seminar Internasional Mukjizat Alquran dan Asunah tentang iptek di Bandung yang diikuti oleh peserta dari berbagai penjuru dunia, terungkap pengakuan para pakar iptek Muslim maupun non-Muslim tentang ketepatan ungkapan Alquran dalam menjelaskan fenomena sains dan teknologi. Beberapa contoh berikut ini hanya merupakan sebagian kecil cuplikan dari ungkapan para pakar tersebut.
Bidang embriologi: Sampai abad ke-17 ilmuwan Barat beranggapan bahwa penciptaan manusia terjadi sempurna sekaligus, yaitu sudah berbentuk utuh ketika dikeluarkan dari bibit bapaknya (sperma). Pada abad ke-18 ditemukan mikroskop yang menunjukkan bahwa sel telur ibu (ovum) lebih besar ukurannya dari sperma, sehingga anggapan tersebut bergeser ke pembuahan di ovum sebagai awal kesempurnaan terbentuknya seluruh anggota badan manusia. Baru pada abad-abad berikutnya dunia kedokteran Barat mengetahui bahwa manusia terbentuk sempurna secara bertahap dalam rahim ibunya. Padahal, umat Islam sudah meyakini sejak 15 abad yang lalu, berdasarkan berita Alquran, bahwa manusia tercipta secara bertahap (Q.S. Nuh: 13-14 ), dalam tiga lapis kegelapan di perut ibunya (Q.S. Az -Zumaar: 6), dan mempunyai nama-nama tahapan yang menggambarkan keadaan embrio secara akurat, 'alaqah, mudhghah, 'izhaam, kisaail 'izhaam bil lahm (Q.S. Al Mu'minuun : 12-14), sebelum terbentuk menjadi manusia secara utuh (khalqan akhar).
Bidang embriologi: Sampai abad ke-17 ilmuwan Barat beranggapan bahwa penciptaan manusia terjadi sempurna sekaligus, yaitu sudah berbentuk utuh ketika dikeluarkan dari bibit bapaknya (sperma). Pada abad ke-18 ditemukan mikroskop yang menunjukkan bahwa sel telur ibu (ovum) lebih besar ukurannya dari sperma, sehingga anggapan tersebut bergeser ke pembuahan di ovum sebagai awal kesempurnaan terbentuknya seluruh anggota badan manusia. Baru pada abad-abad berikutnya dunia kedokteran Barat mengetahui bahwa manusia terbentuk sempurna secara bertahap dalam rahim ibunya. Padahal, umat Islam sudah meyakini sejak 15 abad yang lalu, berdasarkan berita Alquran, bahwa manusia tercipta secara bertahap (Q.S. Nuh: 13-14 ), dalam tiga lapis kegelapan di perut ibunya (Q.S. Az -Zumaar: 6), dan mempunyai nama-nama tahapan yang menggambarkan keadaan embrio secara akurat, 'alaqah, mudhghah, 'izhaam, kisaail 'izhaam bil lahm (Q.S. Al Mu'minuun : 12-14), sebelum terbentuk menjadi manusia secara utuh (khalqan akhar).
Bidang kosmologi: Kebanyakan kepercayaan batil beranggapan bahwa dunia dan alam semesta ini langgeng, tidak bermula dan tidak berakhir. Baru setelah dipelajarinya kosmologi (ilmu tentang asal usul alam semesta) dengan dukungan kemajuan fisika, terutama fisika nuklir, diketahui bahwa alam semesta ini bermula dan akan berakhir. Bermula dari suatu “dentuman besar” (big bang), kemudian terus mengembang (the expanding universe), dan diperkirakan akan berakhir dalam suatu “runtuhan besar” (big crunch). Walaupun pernyataan-pernyataan tersebut baru bersifat teoretis dalam kosmologi, namun Alquran sudah memastikan sejak 15 abad yang lalu, bahwa langit dan bumi berasal dari satu paduan yang kemudian terpisah (Q.S. Al-Anbiya: 30), alam semesta ini diluaskan (Q.S. Adz Dzaariyaat: 47), kemudian akan dihancurkan seperti kertas yang digulung (Q.S. Al Anbiyaa: 104).
Bidang metalurgi dan astronomi: Kalau kita buka terjemahan Alquran Surah Al-Hadid ayat 25, akan kita dapati ungkapan "... dan Kami ciptakan besi ...", padahal dalam kalimat aslinya berbunyi "... wa anzalna al hadida ... (dan Kami “turunkan” besi) ...". Ternyata besi (ferum) yang massa atomnya 56-57 kali massa atom hidrogen, memang hanya bisa terbentuk di bintang-bintang nun jauh di sana. Matahari kita saja yang besarnya lebih dari sejuta kali bumi ini, hanya mampu mengubah atom-atom hidrogen menjadi atom baru yang dinamai helium, dengan kehilangan sebagian massa pembentuknya. Massa yang hilang inilah yang dipancarkan terus-menerus sebagai energi matahari sejak sekitar lima miliar tahun yang lalu. Kenyataan bahwa besi benar-benar diturunkan dari luar bumi diketahui setelah penemuan astronomi modern yang mendapati bahwa terbentuknya besi hanya bisa terjadi di bintang-bintang dengan massa lebih dari empat kali massa tata surya kita.
Dr. Abdul Majid Az-Zindany, Sekretaris Umum Haiatu al i'jazil 'ilmiy fi Alquran wa al Sunnah (Komisi Mukjizat Ilmiah dalam Alquran dan As Sunnah) Rabithah Alam Islami yang berpusat di Mekah Al-Mukaramah, memberikan panduan berkaitan dengan mukjizat ilmiah ini. Menurut dia, suatu penemuan iptek merupakan mukjizat ilmiah Alquran maupun As-sunah dengan berpijak bahwa (1) Ilmu Allah SWT. bersifat universal dan kebenarannya bersifat mutlak. Adapun ilmu manusia bersifat terbatas dan kebenarannya nisbi, bisa benar bisa pula salah.
(2) Ada nas-nas wahyu (Alquran) yang memiliki dilalah (penunjukan) pasti, demikian pula ada realitas ilmiah yang indikasinya juga pasti. (3) Ada juga ungkapan wahyu yang tidak memberikan penunjukan pasti (zhanniy al dilalah atau mutasyabihat), sebagaimana pula ada teori ilmiah yang belum bersifat pasti.
(4) Tidak mungkin terjadi pertentangan antara yang pasti dari wahyu dengan yang pasti dari realitas ilmiah. Kalau terjadi pertentangan pastilah ada kesalahan dalam menentukan kepastian salah satunya. (5) Jika Allah SWT menampakkan kepada hamba-hamba-Nya ayat-ayat-Nya di ufuk dan dalam diri manusia, yang menunjukkan kebenaran ayat-ayat dalam kitab-Nya atau hadis Rasul-Nya, maka pemahaman nas menjadi jelas, kesesuaiannya menjadi sempurna, penafsirannya menjadi kokoh, dan penunjukan (dilalah) lafal nas tersebut jadi tertentu; yaitu sesuai dengan penemuan ilmiah tersebut yang berupa realitas fakta di alam. Inilah yang disebut mukjizat ilmiah.
(6) Sesungguhnya teks (nas) wahyu diturunkan dengan lafal yang komprehensif, mencakup segala konsep yang baru dalam topik-topiknya. Kebenaran kandungannya terus-menerus muncul dari satu generasi ke generasi selanjutnya. (7) Jika terjadi pertentangan antara nas yang penunjukannya pasti (qath'iy al dilalah) dengan suatu teori ilmiah, maka teori tersebut harus ditolak. Hal ini disebabkan nas wahyu berasal dari Zat Yang Maha Berilmu. Adapun jika terjadi kesesuaian, maka nas wahyu menjadi patokan kebenaran teori tersebut (dan bukan sebaliknya). Sedangkan jika nas tadi penunjukannya tidak pasti (zhanniy al dilalah) padahal realitas alamnya sudah bersifat pasti, maka nas tersebut harus ditakwilkan pada pengertian yang sesuai dengan kenyataan ilmiah tersebut.
(8) Jika terjadi pertentangan antara realitas ilmu yang pasti dengan hadis (pengetahuan atau peristiwa) yang ketetapannya belum pasti (zhanniy al tsubuut), maka pengertian hadis tadi harus ditakwilkan sesuai dengan kepastian pengertian ilmiah itu. Adapun jika tidak ada kesesuaian, maka yang pasti (qath'iy al dilalah) harus didahulukan dari yang tidak pasti (zhanniy al dilalah). Wallahu a'lam. (H. Abuyahya Purwanto, S. Si., alumnus Astronomi ITB, praktisi dakwah Islam, anggota PiSQ-ICMI).***
(6) Sesungguhnya teks (nas) wahyu diturunkan dengan lafal yang komprehensif, mencakup segala konsep yang baru dalam topik-topiknya. Kebenaran kandungannya terus-menerus muncul dari satu generasi ke generasi selanjutnya. (7) Jika terjadi pertentangan antara nas yang penunjukannya pasti (qath'iy al dilalah) dengan suatu teori ilmiah, maka teori tersebut harus ditolak. Hal ini disebabkan nas wahyu berasal dari Zat Yang Maha Berilmu. Adapun jika terjadi kesesuaian, maka nas wahyu menjadi patokan kebenaran teori tersebut (dan bukan sebaliknya). Sedangkan jika nas tadi penunjukannya tidak pasti (zhanniy al dilalah) padahal realitas alamnya sudah bersifat pasti, maka nas tersebut harus ditakwilkan pada pengertian yang sesuai dengan kenyataan ilmiah tersebut.
(8) Jika terjadi pertentangan antara realitas ilmu yang pasti dengan hadis (pengetahuan atau peristiwa) yang ketetapannya belum pasti (zhanniy al tsubuut), maka pengertian hadis tadi harus ditakwilkan sesuai dengan kepastian pengertian ilmiah itu. Adapun jika tidak ada kesesuaian, maka yang pasti (qath'iy al dilalah) harus didahulukan dari yang tidak pasti (zhanniy al dilalah). Wallahu a'lam. (H. Abuyahya Purwanto, S. Si., alumnus Astronomi ITB, praktisi dakwah Islam, anggota PiSQ-ICMI).***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar